Jumat, 28 Desember 2007

, hasil analisis buku SEX IN THE COST, oleh Iip Wijayanto

Peranan moral dalam kehidupan
Sek bebas ala para intelektual muda dan mahasiswa, yang sering kali terjadi dan hal seperti ini dilakukan oleh sekian banyak mahasiswa di seluruh perguruan tinggi, perilaku yang tidak bermoral yang malah sering kali dilakukan oleh para intelektual dan berpendidikan tinggi ini.
Mayoritas mahasiswa Indonesia dalam menempuh pendidikanya adalah tinggal di rumah-rumah pondok atau yang biasa juga dewasa ini disebut dengan kost-kostan, dalam kamus ilmiah popular yang kata kos (t) itu artinya adalah rumah sewa, dan dalm pengamatan saya ada beberapa macam rumah pondok atau kost ini, yaitu rumah kos dengan disertai pemilik kost, tidak disertai pemilik, dan hanya dengan seorang penjaga keamanan (scuriti), semua itu berpeluang untuk terjadinya tindakan-tidakan yang amoral oleh penghuninya, apalagi penghuninya adalah anak-anak muda terpelajar, yang banyak trik dan cara untuk hal seperti pelanggaran peraturan, Free Sex misalnya seperti yang dikemukakan oleh Iip Wijaynto dalam bukunya yang berjudu Sex In The Cost. Dan hal itu juga sangat sering saya lihat di rumah-rumah kost yang biasanya dekat degan lembaga-lembaga pendidikan.
Artinya yang paling banyak kasus sperti itu adalh pada kaum intelektual kita, contoh kasus yang Iip tulis dalm bokunya adalah, seorang mahasiswa yang keseharianya adalah kuliah dan kegiatan ekstranya adalah pacaran, sebut saja bang Duri namanya (bukan nama asli) dia memiliki gaya pacara yang menejemennya tergolong bagus dan rapi, setiap jam 08.00 -11.00 kira-kira jam-jam sekitar ini warga kost semuanya pada kuliah, pada saat itulah gaya unik pacaran mereka dapat dilihat, gaya pacaran yang kamar dengan pasangan, awalnya pintu dibuka seperti biasa dan biasanya bang Duri menyibukkan diri kesana kemari beraktifitas seperti biasa, selang beberapa menit kemudian pintu mulai tertutup rapat, dikonci dari dalam (Klek), computer dihidupin dengan tembang kenangan yang diputer sekeras mungkin untuk menutupi dan menyamarkan aktifitas mereka, dan jangan lupa biasanya sandal si mak lampir dimasukkan kedalam kamar, untuk megkaburkan jejak, dan beberapa jam kemudian berlahan si mak lampir berlahan disusupkan keluar dan lebidopun berhasil disalurkan kencan bersama mas Duri pun sudah selesai.
(kasus ini saya ambil dari sebuah buku Sex In The Kost yang ditulis oleh IIp Wijayanto, Tinta 2003) dan berdasarkan pengalaman penulis dan pengamatan kecil di beberapa rumah pondokan atau rumah kost.
Dan menganai contoh kasus yang sejenis dengan kasus diatas banyak sekali dan sering kali kita temukan dalam kehidupan kita, walaupun kadang kita tidak menyadari hal itu. Bahkan kita mungkin ingat dan mungkin juga tidak tahu tentang ini, yang beberapa tahun yang lalu Iip Wijayanto juga telah membuat geger Indonesia dengan hasil penelitianya tentang Virjinitas yang menunjukkan hasil fantastis “97,05%” mahasiswa disebuah kota di indonesia telah kehilangan virjinitasnya selama melakukan studi (kuliah), berita ini dipublikasikan di harian Jawa Pos 2002. menyoal perilaku seksual mahasiswa/I Indonesia di kota-kota pelajar ( sebuah kritik Iip Wijayanto),
Analisis kasus
Sebelum kita masuk lebih mendalam terhadap pembahasan analis kasus kali ini lebih sempurnanya kita jika tahu pengertian tentang moral dan apa sebenarnya moral itu sendiri.
Dalam buku psikologi remaja perkembangan peserta didik yang ditulis oleh mohammad ali dan Muhammad asrori dijelaskan bahwa moral itu adalah berasal dari kata latin mores artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Jadi dengan membaca sedikit dari pengertian ini sudah barng tentu kita punya pandangan sedikitnya bahwa hal apapun baik itu perbuatan individu atau kelompok ketikaitu tidak sesuai dengan tata cara kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan dalam masyarakat itu, maka yang jelas penilaian atau pandangan masyarakat terhadap individu atau kelompok tersebut akan tidak baik, maka yang paling cocok tindakan atau perilaku dalam kasus diatas adalah amoral, karena tata cara kehidupan mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada, nilai agama misalnya, jelas agama tidak memperbolehkan hal yang seperti itu bahkan diharamkan bagi orang yang belum menjalani akad, yang namanya pernikahan.
Moral merupakan standart baik buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial, nah jika kita kembali melihat kasus yang saya tulis diatas tepat pada kasus kencanya bang Duri, apa yang kemudian kita dapat tangkap dari kasus ini, bagaimana perilaku bang Duri ?, tingkahnya sebagai seorang intelektual ?, interaksinya dengan masyarakat?, jelas semua itu kalo kita mau jujur hal itu sangat tidak kita sukai, karena banyak hal yang menjadi alasan ketidak sukaan kita, salah satunya mungkin karena perbuatan itu tidak sesuai dengan adat istiadat, menentang kebiasaan, lebih-lebih hal itu hanya meresahkan masyarakat, yang akibatnya akan dinikmati bersama pada akhirnya, karena peraturan dah kesepakatan bersama yang ada tidak dijalani malah dilanggar, akibatnya apa yang terjadi ?, kehidupannya tidak menemukan kedamaian, mungkin pada diri individunya atau dalam masyarakt itu sendiri, kehidupanya tidak teratur, tidak tertib, dan bahkan akan mengganggu keharmonisan yang ada, atau bahka tidak pernah mencapai keharmunisan.
Yang selanjutnya adalah tentang hasil penelitian Virjinitas yang mengungkap 97,05% mahasiswa disebuah kota telah pernah melakukan hubungan seks, artinya kevirjinitasanya barang tentu sudah terenggut, begitu rusaknya moral para intelektual Negara ini, setelah kita mengetahui berita tersebut bagaimana kemudian pandangan kita?, masyarakat Indonesia bahkan mungkin masyarakat luar negeri beranggapan tentang rusaknya ban bobroknya moral yang pemuda kita miliki, kebobrokan moral seperti ini akan berakibat fatal pada stabilitas Negara, tingkat penyimpangan-pnympangan perilaku akan meningkat, kriminalitas, dan yang paling dapat dirasakan adalah dibidang SDM (sumber daya Manusi) yang begitu lemah, karena pemuda, mahasiswa dan para intelektual muda Indonesia disibukkan dengan ta”aruf, pacaran atau apapun istilahnya, namun pada ujung-ujungnya adalah Pra-marrietal intercourse (hubungan seks pranikah).
Daftar pustaka
Ali Muhammad.Dkk, Psikilogi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Bumi aksara,
Jakarta, 2005
Wijayanto Iip, Sex In The Cost, Tinta, Yogykarta, 2007
Wijayanto Iip, Pemerkosaan Atas Nama Cinta, Tinta, Yogyakarta, 2003
A Partanto. Pius. Dkk, Kamus Ilmiah Populer, Araloka, Surabaya, 1994

1 komentar:

nadhare mengatakan...

Bener sih, emang zaman skarang susah banget buat bisa ngendaliin libido :P
orang hampir di semua sudut lingkungan, bumbu2 pembangkit libido bertebaran, berserakan menawarkan kenikmatan terlarang (hihi).